Jika kalian hidup sekitar 12.000 tahun lalu, obat untuk sakit kepala
mungkin berupa lubang di kepala! tak banyak yang kita ketahui tentangn
bagaimana orang-orang zaman dahulu meredakan sakit dan mengobati
penyakit, tapi kita mengetahui bahwa meemang ada beberapa ahli bedah
amatir yang andal.
Hanya dengan peralatan dari batu, para ahli bedah zaman dahulu menguliti
kemudian melubangi tengkorak temannya. Ajaibnya, hanya sedikit operasi
semacam itu yang membuat pasien terbunuh. Pada sebagian besar pasien,
tulang tengkorak akan tumbuh menutupi lubang. beberapa pasien bahkan
membawa-bawa tulang tengkorak yang diambil itu sebagai jimat untuk
melindungi mereka dari nasib buruk.
Orang yang melakukan operasi riibuan tahun yang lalu tidak mengenakan
jubah putih atau masker seperti dokter zaman sekarang. Mereka
mengenakan kulit binatang dan memakai tanduk rusa di kepala agar
terlihat seperti orang penting dan menyeramkan.
Melubangi tengkorak disebut trepanasi atau kraniotomi. Para
arkeolog menemukan fosil tengkorak yaang dilubangi. Fosil tersebut
diperkirakan berusia ribuan tahun, dan ditemukan mulai dari Prancis
hingga Peru. Pengobatan kuno mengandalkan agama dan cara maggis untuk
menyembuhkan orang sakit, bahkan mungkin menyalahkan hantu dan roh-roh
jahat atas penyakit, rasa sakit, dan penderitaan mereka. Para ahli
percaya bahwa dokter primitif melubangi tengkorak pasien untuk
mengeluarkan roh jahat dari otak.
Suku Kuno Siberia Telah Melakukan Trepanasi 2300 Tahun Lalu
Para ilmuwan telah menemukan bukti prosedur pembedahan berusia 2.300
tahun pada dua tengkorak kuno. Tengkorak-tengkorak tersebut ditemukan di
Pegunungan Altai di Siberia, milik suku nomaden Pazyryk dan menunjukkan
tanda-tanda pemulihan yang jelas setelah operasi otak.
Tengkorak Pertama milik pria berusia sekitar 40-45 saat dikubur |
Menggunakan alat-alat dan teknik yang mirip, para ilmuwan kini
merencanakan untuk menciptakan prosedur yang sama, prosedur yang
berisiko tinggi - meskipun pada tengkorak orang mati.
Tengkorak-tengkorak kuno tersebut menunjukkan bukti yang jelas dari
pemulihan setelah menjalani proses yang disebut "Trepanasi", seperti
yang dikutip dari Siberia Times.
Trepanasi adalah prosedur medis kuno berisiko yang melibatkan
pengeboran (melubangi) tengkorak kepala, atau pembedahan menggores ke
dalam tengkorak manusia, dengan tujuan antara lain, untuk meringankan
pembengkakan otak, dan sejarawan juga percaya digunakan untuk mengobati
masalah dengan sistem saraf, yang meskipun saat ini diketahui keliru.
Salah satu tengkorak, yang milik seorang pria berusia 40 sampai 45,
menunjukkan tanda-tanda menderita trauma di kepala. Para ilmuwan percaya
bahwa pemilik tengkorak tersebut saat masih hidup, mengalami hematoma
subdural, suatu kondisi dimana terdapat penimbunan darah antara
tengkorak dan permukaan otak. Hematoma menyebabkan dia menderita sakit
kepala akut, muntah dan masalah gerakan pada kaki kanannya dan tangan.
Trepanasi kemudian dilakukan. Ya, tengkorak kepala orang tersebut
dilubangi dengan tujuan menghilangkan hematoma dan bukti pertumbuhan
tulang kemudian menyarankan orang tersebut terus tetap hidup selama
bertahun-tahun setelah operasi.
Pria kedua (tengkorak kuno kedua) memiliki deformasi turun-temurun, dan
telah berhasil disembuhkan dengan pengeboran lubang ke dalam tengkorak.
Tengkorak kedua, juga milik seorang pria |
Di pertengahan abad ke-19, kelangsungan hidup pasien setelah trepanasi
di rumah sakit terbaik di Eropa jarang melebihi 10 persen.
Trepanasi memiliki risiko yang sangat tinggi akan komplikasi infeksi,
dan operasi ini dilakukan hanya bila pasien memiliki cedera otak
traumatis yang sangat parah.
Bahkan saat ini, dengan teknik bedah saraf canggih, keberhasilan
pelaksanaan trepanasi memerlukan pengetahuan yang luas dan pelatihan,
dan prosedur itu sendiri dianggap sebagai prosedur berbahaya.
Para arkeolog percaya suku Pazyryk mungkin memiliki pengetahuan tentang
Hippocrates Corpus, serangkaian teks medis Yunani kuno yang terkait
dengan dokter Hippocrates.
Mereka mengklaim hasil operasi kuno pada dua tengkorak ini menjadi
sangat 'menakjubkan' mengingat risiko yang terkait dengan operasi
tersebut.
Para ilmuwan sekarang telah menciptakan model komputer dari dua
tengkorak, bersama dengan tengkorak ketiga yang ditemukan milik seorang
wanita di mana prosedur tersebut tidak berhasil.
Tengkorak ketiga miliki seorang wanita |
Tengkorak Wanita berusia 30 tahun (saat tewas) itu menunjukkan cedera
yang konsisten dengan cedera akibat jatuh, dan analisis lebih lanjut
menunjukkan ia meninggal selama operasi atau segera setelah itu.
Dengan menciptakan prosedur, para ilmuwan Institut Arkeologi dan
Etnografi di Academy of Sciences Rusia, berharap untuk memahami lebih
alat-alat yang digunakan, dan mengapa prosedur itu dilakukan.
Lubang Tengkorak Atau Trepanasi Bangsa Inca
Bangsa Inca tidak hanya memiliki prajurit yang tangguh dan insinyur yang
cerdik saja, tetapi mereka juga memiliki ahli bedah yang handal. Lima
ratus tahun yang lalu, tanpa adanya pisau bedah baja dan antibiotik,
Dokter dokter bedah bangsa Inca melakukan jenis operasi yang disebut
trepanasi, yaitu melubangi tengkorak pasien. Bagaimana mereka
melakukannya, dan mengapa?
Trepanasi telah dipraktekkan di seluruh dunia, tetapi Peru tampaknya
menjadi semacam suatu pusat. Alasan di balik trepanasi telah banyak
diperdebatkan selama beberapa dekade. Ada yang berpendapat dengan
trepanasi peredaran darah ke otak jadi lebih lancar dan fikiran
seseorang menjadi lebih terang. Sahabat anehdidunia.com bahkan ada juga
yang mengatakan, orang yang ditrepanasi bisa melihat "alam lain". Namun
apa yang ditemukan dari populasi Cuzco, kota terbesar Inca, trepanasi
sangat umum dilakukan dan sangat erat kaitannya dengan trauma kranial.
Jadi tampaknya bangsa inca menggunakan trepanasi untuk mengobati tekanan
intra-kranial, dengan melubangi tengkorak, sehingga melepaskan tekanan
dan meniadakan komplikasi serius yang disebabkan oleh pembengkakan otak.
Ini benar-benar contoh paling awal dari operasi tengkorak.
Trepanasi yang dilakukan bangsa inca adalah operasi yang dilakukan tanpa
anestesi dan tanpa antibiotik. Jadi sangat mungkin pasien pasien yang
menjalani trepanasi berada dalam keadaan sadar selama prosedur ini.
Sebagai catatan, dimasa modern seperti saat ini pun, trepanasi bukan
metode treatment yang disukai sama neurosurgeon (dokter bedah otak),
soalnya resikonya sangat tinggi: bisa stroke, infeksi, epilepsi, dan
lain lain yang akibatnya bisa sangat parah
Belum diketahui alat apa yang digunakan oleh bangsa Inca untuk melakukan
praktek ini. Pisau Tumi (pisau inca yang diketahui) hanya bisa
digunakan untuk memotong kulit kepala, tetapi tidak akan dapat dipakai
memotong tulang tengkorak.
Lubang yang telah dibuat dengan memotong tulang, tidak akan pernah
menutup kembali (kecuali tertutup kulit) karena tulang yang telah
terpotong tidak akan tumbuh kembali. Jadi, meskipun trepanasi telah
sembuh selama bertahun-tahun, kita tidak akan pernah melihat tulang yang
menutupi lubang itu.
Para ilmuwan yang mempelajari tengkorak tengkorak di Cuzco mengatakan,
tingkat keberhasilan trepanasi pada bangsa inca ini mencapai hampir 90
persen, atau 90 persen dari trepanations inca menunjukkan penyembuhan
yang signifikan.
Contoh yang paling ekstrim dari trepanasi yang pernah ditemukan para
arkeolog adalah dari sebuah situs yang disebut Qotakalli. Dimana
ditemukan tengkorak yang memiliki tujuh lubang. Diketahui ketujuh lubang
itu dibuat tidak pada saat yang bersamaan. Jadi setelah trepanasi
pertama sembuh, Sahabat anehdidunia.com beberapa waktu kemudian
tengkorak tersebut melakukan trepanasi kedua, dan begitu seterusnya
hingga lubang keenam. Keenam lubang itu membaik dan sembuh. Namun
trepanasi ke tujuh adalah trepanasi yang menyebabkan pemilik tengkorak
itu meninggal..
Tengkorak dengan trepanasi empat, lima, enam, memang sedikit aneh.
Karena trepanasi digunakan untuk mengobati trauma tengkorak dan mungkin
membantu untuk meringankan kejang karena trauma. Mungkin praktisi
trepanasi bangsa Inca juga mencoba menggunakannya untuk mengobati kejang
yang non-traumatik.
Praktisi trepanasi dalam melakukan trepanasi harus menghindari otot-otot
tengkorak. Ini membuktikan bahwa praktisi trepanasi bangsa inca
memiliki pemahaman tentang anatomi tengkorak, dan memiliki pemahaman
tentang pengendalian perdarahan yang cukup maju. Mungkin ini menunjukkan
semacam semangat inovatif dari Inca. Mereka menurunkan pengetahuan
pengobatan ini melalui generasi ke generasi.
No comments:
Post a Comment