Thursday, 25 February 2016

NGERI!! INILAH PENGOBATAN SAKIT KEPALA ZAMAN DULU



trepanasi


Jika kalian hidup sekitar 12.000 tahun lalu, obat untuk sakit kepala mungkin berupa lubang di kepala! tak banyak yang kita ketahui tentangn bagaimana orang-orang zaman dahulu meredakan sakit dan mengobati penyakit, tapi kita mengetahui bahwa meemang ada beberapa ahli bedah amatir yang andal.

Hanya dengan peralatan dari batu, para ahli bedah zaman dahulu menguliti kemudian melubangi tengkorak temannya. Ajaibnya, hanya sedikit operasi semacam itu yang membuat pasien terbunuh. Pada sebagian besar pasien, tulang tengkorak akan tumbuh menutupi lubang. beberapa pasien bahkan membawa-bawa tulang tengkorak yang diambil itu sebagai jimat untuk melindungi mereka dari nasib buruk.

Orang yang melakukan operasi riibuan tahun yang lalu tidak mengenakan  jubah putih atau masker seperti dokter zaman sekarang. Mereka mengenakan kulit binatang dan memakai tanduk rusa di kepala agar terlihat seperti orang penting dan menyeramkan.

Melubangi tengkorak disebut trepanasi atau kraniotomi. Para arkeolog menemukan fosil tengkorak yaang dilubangi. Fosil tersebut diperkirakan berusia ribuan tahun, dan ditemukan mulai dari Prancis hingga Peru. Pengobatan kuno mengandalkan agama dan cara maggis untuk menyembuhkan orang sakit,  bahkan mungkin menyalahkan hantu dan roh-roh jahat atas penyakit, rasa sakit, dan penderitaan mereka. Para ahli percaya bahwa dokter primitif melubangi tengkorak pasien untuk mengeluarkan roh jahat dari otak.

Suku Kuno Siberia Telah Melakukan Trepanasi 2300 Tahun Lalu

Para ilmuwan telah menemukan bukti prosedur pembedahan berusia 2.300 tahun pada dua tengkorak kuno. Tengkorak-tengkorak tersebut ditemukan di Pegunungan Altai di Siberia, milik suku nomaden Pazyryk dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang jelas setelah operasi otak.

trepanasi
Tengkorak Pertama milik pria berusia sekitar 40-45 saat dikubur 
Menggunakan alat-alat dan teknik yang mirip, para ilmuwan kini merencanakan untuk menciptakan prosedur yang sama, prosedur yang berisiko tinggi - meskipun pada tengkorak orang mati. 

Tengkorak-tengkorak kuno tersebut menunjukkan bukti yang jelas dari pemulihan setelah menjalani proses yang disebut "Trepanasi", seperti yang dikutip dari Siberia Times.

Trepanasi adalah prosedur medis kuno berisiko yang melibatkan pengeboran (melubangi) tengkorak kepala, atau pembedahan menggores ke dalam tengkorak manusia, dengan tujuan antara lain, untuk meringankan pembengkakan otak, dan sejarawan juga percaya digunakan untuk mengobati masalah dengan sistem saraf, yang meskipun saat ini diketahui keliru. 

Salah satu tengkorak, yang milik seorang pria berusia 40 sampai 45, menunjukkan tanda-tanda menderita trauma di kepala. Para ilmuwan percaya bahwa pemilik tengkorak tersebut saat masih hidup, mengalami hematoma subdural, suatu kondisi dimana terdapat penimbunan darah antara tengkorak dan permukaan otak. Hematoma menyebabkan dia menderita sakit kepala akut, muntah dan masalah gerakan pada kaki kanannya dan tangan. 

Trepanasi kemudian dilakukan. Ya, tengkorak kepala orang tersebut dilubangi dengan tujuan menghilangkan hematoma dan bukti pertumbuhan tulang kemudian menyarankan orang tersebut terus tetap hidup selama bertahun-tahun setelah operasi. 

Pria kedua (tengkorak kuno kedua) memiliki deformasi turun-temurun, dan telah berhasil disembuhkan dengan pengeboran lubang ke dalam tengkorak.

trepanasi
 Tengkorak kedua, juga milik seorang pria
Di pertengahan abad ke-19, kelangsungan hidup pasien setelah trepanasi di rumah sakit terbaik di Eropa jarang melebihi 10 persen. 

Trepanasi memiliki risiko yang sangat tinggi akan komplikasi infeksi, dan operasi ini dilakukan hanya bila pasien memiliki cedera otak traumatis yang sangat parah. 

Bahkan saat ini, dengan teknik bedah saraf canggih, keberhasilan pelaksanaan trepanasi memerlukan pengetahuan yang luas dan pelatihan, dan prosedur itu sendiri dianggap sebagai prosedur berbahaya.

Para arkeolog percaya suku Pazyryk mungkin memiliki pengetahuan tentang Hippocrates Corpus, serangkaian teks medis Yunani kuno yang terkait dengan dokter Hippocrates. 

Mereka mengklaim hasil operasi kuno pada dua tengkorak ini menjadi sangat 'menakjubkan' mengingat risiko yang terkait dengan operasi tersebut.

Para ilmuwan sekarang telah menciptakan model komputer dari dua tengkorak, bersama dengan tengkorak ketiga yang ditemukan milik seorang wanita di mana prosedur tersebut tidak berhasil. 

trepanasi
Tengkorak ketiga miliki seorang wanita
Tengkorak Wanita berusia 30 tahun (saat tewas) itu menunjukkan cedera yang konsisten dengan cedera akibat jatuh, dan analisis lebih lanjut menunjukkan ia meninggal selama operasi atau segera setelah itu. 

Dengan menciptakan prosedur, para ilmuwan Institut Arkeologi dan Etnografi di Academy of Sciences Rusia, berharap untuk memahami lebih alat-alat yang digunakan, dan mengapa prosedur itu dilakukan. 


Lubang Tengkorak Atau Trepanasi Bangsa Inca

Bangsa Inca tidak hanya memiliki prajurit yang tangguh dan insinyur yang cerdik saja, tetapi mereka juga memiliki ahli bedah yang handal. Lima ratus tahun yang lalu, tanpa adanya pisau bedah baja dan antibiotik, Dokter dokter bedah bangsa Inca melakukan jenis operasi yang disebut trepanasi, yaitu melubangi tengkorak pasien. Bagaimana mereka melakukannya, dan mengapa?

trepanasi

Trepanasi telah dipraktekkan di seluruh dunia, tetapi Peru tampaknya menjadi semacam suatu pusat. Alasan di balik trepanasi telah banyak diperdebatkan selama beberapa dekade. Ada yang berpendapat dengan trepanasi peredaran darah ke otak jadi lebih lancar dan fikiran seseorang menjadi lebih terang. Sahabat anehdidunia.com bahkan ada juga yang mengatakan, orang yang ditrepanasi bisa melihat "alam lain". Namun apa yang ditemukan dari populasi Cuzco, kota terbesar Inca, trepanasi sangat umum dilakukan dan sangat erat kaitannya dengan trauma kranial.

Jadi tampaknya bangsa inca menggunakan trepanasi untuk mengobati tekanan intra-kranial, dengan melubangi tengkorak, sehingga melepaskan tekanan dan meniadakan komplikasi serius yang disebabkan oleh pembengkakan otak. Ini benar-benar contoh paling awal dari operasi tengkorak.

Trepanasi yang dilakukan bangsa inca adalah operasi yang dilakukan tanpa anestesi dan tanpa antibiotik. Jadi sangat mungkin pasien pasien yang menjalani trepanasi berada dalam keadaan sadar selama prosedur ini. Sebagai catatan, dimasa modern seperti saat ini pun, trepanasi bukan metode treatment yang disukai sama neurosurgeon (dokter bedah otak), soalnya resikonya sangat tinggi: bisa stroke, infeksi, epilepsi, dan lain lain yang akibatnya bisa sangat parah

trepanasi inca

Belum diketahui alat apa yang digunakan oleh bangsa Inca untuk melakukan praktek ini. Pisau Tumi (pisau inca yang diketahui) hanya bisa digunakan untuk memotong kulit kepala, tetapi tidak akan dapat dipakai memotong tulang tengkorak.


Lubang yang telah dibuat dengan memotong tulang, tidak akan pernah menutup kembali (kecuali tertutup kulit) karena tulang yang telah terpotong tidak akan tumbuh kembali. Jadi, meskipun trepanasi telah sembuh selama bertahun-tahun, kita tidak akan pernah melihat tulang yang menutupi lubang itu.

Para ilmuwan yang mempelajari tengkorak tengkorak di Cuzco mengatakan, tingkat keberhasilan trepanasi pada bangsa inca ini mencapai hampir 90 persen, atau 90 persen dari trepanations inca menunjukkan penyembuhan yang signifikan.

Contoh yang paling ekstrim dari trepanasi yang pernah ditemukan para arkeolog adalah dari sebuah situs yang disebut Qotakalli. Dimana ditemukan tengkorak yang memiliki tujuh lubang. Diketahui ketujuh lubang itu dibuat tidak pada saat yang bersamaan. Jadi setelah trepanasi pertama sembuh, Sahabat anehdidunia.com beberapa waktu kemudian tengkorak tersebut melakukan trepanasi kedua, dan begitu seterusnya hingga lubang keenam. Keenam lubang itu membaik dan sembuh. Namun trepanasi ke tujuh adalah trepanasi yang menyebabkan pemilik tengkorak itu meninggal..

Tengkorak dengan trepanasi empat, lima, enam, memang sedikit aneh. Karena trepanasi digunakan untuk mengobati trauma tengkorak dan mungkin membantu untuk meringankan kejang karena trauma. Mungkin praktisi trepanasi bangsa Inca juga mencoba menggunakannya untuk mengobati kejang yang non-traumatik.

Praktisi trepanasi dalam melakukan trepanasi harus menghindari otot-otot tengkorak. Ini membuktikan bahwa praktisi trepanasi bangsa inca memiliki pemahaman tentang anatomi tengkorak, dan memiliki pemahaman tentang pengendalian perdarahan yang cukup maju. Mungkin ini menunjukkan semacam semangat inovatif dari Inca. Mereka menurunkan pengetahuan pengobatan ini melalui generasi ke generasi.

No comments:

Post a Comment